Parno : Pelestari Wayang Krucil di Lumajang
22.30
Add Comment
Portal Berita Lumajang. 14 Juli 2016. Budaya asli indonesia memang begitu banyak dan beragam jenisnya sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang kaya akan budaya. Salah satu budaya Indonesia adalah wayang. Wayang merupakan seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
Wayang hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran termasuk dalam bentuk gulungan gambar, kulit, kayu, dan topeng. Wayang di Indonesia sangat beragam jenisnya ada wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang suluh, wayang papak, dan masih banyak lagi. Wayang kulit adalah Warisan budaya dunia dari Indonesia yang pertama diakui oleh UNESCO. Selain itu, di Kabupaten Lumajang juga terdapat salah satu jenis wayang, yaitu wayang krucil.
Suparno Patmo Wardoyo atau yang kerap di panggil pak Parno adalah seorang pengrajin Wayang Krucil dari desa Sidorjo, kecamatan Rowokangkung, Kabupaten Lumajang. Ia lahir di Blitar pada 16 Juli 1943. Sejak kecil beliau menyukai pertunjukan wayang kemudian pada tahun 1972 pak parno memulai membuat wayang kulit dan wayang krucil, pada masa mudanya ia pernah menjadi dalang meneruskan keahlian ayahnya. Sri Sundari, Istri bapak Parno (56) sangat mendukung kesenian suaminya, meskipun usia suaminya sudah tidak muda lagi namun itu adalah hobi suaminya.
Wayang krucil adalah kesenian khas Jawa Tengah dari bahan kulit yang berukuran kecil sehingga disebut dengan Wayang Krucil. Wayang krucil memiliki perbedaan dengan wayang lainnya yaitu dari bahan dan bentuknya yang unik dan kecil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik. Wayang Krucil merupakan jenis wayang yang terbuat dari kayu. Hanya saja tangannya terbuat dari kulit sapi. Bahan-bahan yang diperlukan cukup mudah didapat yaitu kayu mauni atau kayu bayur, cat kayu, bambu, bensin, pernis, dan kulit sapi sedangkan alat yang diperlukan yakni palu, pandukan, gergaji dan tatah.
. Hasil wayang yang ia produksi dikirim ke Bali, Sumatra, Sulawesi, dan Surabaya. Kebanyakan peminat wayang krucil adalah mancanegara. Kurangnya pengrajin membuat produksi wayang krucil terbatas, sampai saat ini pak Parno hanya memproduksi wayang sesuai pemesanan. Proses yang lama, dan butuh ketelitian serta kesabaran saat mengukir membuat harga kerajinan wayang ini terbilang cukup mahal, dari harga Rp 60.000,- hingga Rp 100.000,- tergantung ukuran wayang.
Pak Parno berharap ada yang melanjutkan keseniannya untuk generasi mendatang agar wayang krucil tetap lestari. “Saya siap mengajari jika ada yang mau belajar membuat wayang krucil, jika tidak bangsa Indonesia siapa yang akan melestarikannya” tambah pak Parno. (tim*)
Baca:
0 Response to "Parno : Pelestari Wayang Krucil di Lumajang"
Posting Komentar